Buletin Teman Surga 280: Merangkai Kata, Mengubah Dunia

0
2186

“Menulis adalah cara sederhana untuk meninggalkan jejak di dunia.”

Coba jujur deh… kapan terakhir kamu nulis sesuatu yang lebih dari sekadar caption IG atau status WhatsApp? Kalau jawabanmu, “Pas ngerjain tugas Bahasa Indonesia atau bikin laporan karya wisata,” itu udah cukup nunjukin kalo aktivitas nulis di kalangan pelajar sekarang makin langka. Nggak popular.

Menurut berbagai survei literasi, banyak pelajar Indonesia lebih sering scroll medsos berjam-jam daripada nulis satu halaman aja. Bahkan, banyak yang merasa nulis itu cuma kewajiban tugas sekolah, bukan kebiasaan yang penting. Padahal dengan menulis kita terbiasa menyampaikan ide, berbagi inspirasi, dan jadi penyambung kebaikan.

Banyak yang bisa ngomong panjang lebar pas ngobrol, tapi mendadak buntu waktu disuruh nulis. Bingung mau nulis apa dan mulai dari mana. Jangan heran, karena nulis emang butuh latihan. Bukan soal bakat, tapi soal kebiasaan.

 # Kenapa Pelajar Enggan Menulis?

Ada yang bilang, “Aku nggak bisa nulis.” Ada juga yang bilang, “Aku males nulis.” Ada lagi yang cuma nyengir tiap disuruh nulis, terus ngilang tanpa jejak bak ditelan bumi. Telisik punya telisik, banyak pelajar yang enggan nulis bukan berarti mereka nggak bisa. Tapi lebih karena beberapa alasan klasik ini:

# Pertama, nulis itu keliatan ribet. Buat sebagian besar pelajar, nulis identik sama tugas, PR, atau laporan yang panjang, ngebosenin, dan kadang nggak ngerti manfaatnya. Padahal nulis itu nggak selalu harus formal. Kamu bisa mulai dari hal ringan: catatan harian, pengalaman lucu, curhat, atau bahkan quotes dari buku yang kamu baca.

# Kedua, nggak pede sama tulisan sendiri. Takut salah. Takut dibilang alay. Takut dikritik. Akhirnya, banyak yang lebih milih diem. Padahal, tulisan yang jelek itu lebih baik daripada nggak nulis sama sekali. Kenapa? Karena tulisan jelek masih bisa diperbaiki. Tapi kalau nggak nulis, ya nggak akan pernah bisa berkembang.

# Ketiga, mikirnya nulis itu nggak penting. “Buat apa nulis? Siapa juga yang mau baca?” Eh, padahal tulisan itu bisa jadi warisan loh! Nggak percaya? Lihat aja para tokoh hebat di dunia ini. Kenapa nama mereka masih dikenal sampai sekarang? Karena mereka ninggalin jejak lewat tulisan.

# Keempat, terlalu sibuk sama dunia digital yang instan. Scroll TikTok, main game, streaming drakor—semuanya bikin waktu habis tanpa sadar. Menulis kalah sama godaan hiburan. Padahal menulis itu juga bisa jadi hiburan yang lebih bermakna, lebih kreatif, dan bahkan bisa jadi peluang masa depan.

Tapi tenang, kabar baiknya: semua alasan itu bisa diubah. Nggak ada yang lahir langsung jago nulis kok. Semua dimulai dari satu langkah kecil. Kuncinya: berani mulai. Just write!

# Menulis Itu Ladang Amal & Warisan Ilmu

Kalau kamu mikir nulis itu cuma buat yang berbakat atau buat yang kuliahnya sastra, coba deh baca kisah-kisah keren dari para tokoh Islam. Mereka bukan cuma pintar, tapi juga rajin nulis sejak muda. Dan tulisan-tulisan mereka sampai hari ini masih jadi sumber ilmu dan inspirasi jutaan orang.

# Imam Syafi’i (Muhammad bin Idris asy-Syafi’i) – (767 – 820)
Sejak kecil, beliau udah jadi “pecandu ilmu” dan rajin banget nulis. Bahkan saat uang nggak punya, beliau nulis di tulang atau pelepah kurma. Usia 7 tahun udah hafal Qur’an, usia 15 tahun udah ngasih fatwa! Tulisan-tulisannya jadi rujukan umat Islam sampai sekarang. Bayangin, tulisan yang dia buat ratusan tahun lalu masih mengalirkan pahala. Itu yang namanya amal jariyah!

# Ibnu Sina (Avicenna)- (980 – 1037)
Anak muda jenius yang nggak cuma pinter teori, tapi juga pinter nulis. Sejak remaja, beliau udah nulis buku kedokteran legendaris Al-Qanun fi at-Tibb yang jadi rujukan dunia Barat dan Timur. Ilmunya melampaui zaman. Dan semua itu bisa sampai ke kita karena beliau menulis.

# Ibnu Khaldun (Abdurrahman bin Muhammad Ibn Khaldun al-Hadrami) – (1332 – 1406)
Sejarawan Islam yang nulis Muqaddimah, buku tentang sejarah dan peradaban yang sampai hari ini masih dikagumi. Beliau juga rajin nulis sejak muda. Tanpa tulisannya, mungkin dunia nggak bakal kenal konsep-konsep keren tentang masyarakat dan politik.

Lantas, apa yang bisa kita pelajari teladan ulama dan tokoh Islam di atas?

# Pertama, mereka bukan cuma belajar buat diri sendiri. Mereka nulis biar ilmu itu nggak berhenti di mereka. Mereka sadar, tulisan bisa jadi legacy, bisa jadi warisan yang nggak lekang waktu.

# Kedua, kalau dulu mereka bisa menulis dalam keterbatasan (nggak ada laptop, nggak ada Google), masa kita yang udah gampang ngetik di HP masih males nulis?

# Ketiga, menulis itu bagian dari ibadah juga. Karena setiap ilmu, kebaikan, atau motivasi yang kita tulis—kalau dibaca orang lain dan jadi inspirasi—pahalanya ngalir terus.

# Biar Nulis Jadi Kebiasaan: Mulai Aja Dulu!

Jadi, gimana? Udah mulai kebayang kan kenapa menulis itu penting banget? Sekarang, yuk kita bahas gimana caranya biar kamu bisa mulai nulis dan jadiin itu sebagai kebiasaan keren yang bermanfaat.

  1. Mulai dari yang simpel
    Nggak usah mikir ribet. Nggak harus langsung bikin cerpen 10 halaman atau nulis artikel ilmiah. Mulailah dari hal-hal kecil: nulis diary, catatan harian, quotes yang ngena di hati, atau review film/drakor yang kamu tonton. Pokoknya, tulis apa aja yang kamu suka.
  2. Tulis buat diri sendiri dulu
    Jangan kebanyakan mikir, “Nanti tulisan gue ada yang baca nggak ya?” atau “Takut jelek deh!” Stop! Nulis itu buat diri sendiri dulu. Biar pikiranmu terasah, perasaanmu tersalurkan, dan ide-ide dalam kepalamu nggak cuma numpuk.
  3. Sedikit tapi konsisten
    Nggak perlu panjang-panjang. Satu paragraf sehari pun udah keren. Kayak olahraga, nulis itu soal konsistensi. Semakin sering dilakuin, otakmu bakal terbiasa merangkai kata.
  4. Share tulisanmu
    Kalau udah mulai pede, coba deh share tulisan kamu ke temen, ke grup sekolah, ke buletin, atau bahkan ke media sosial. Siapa tahu tulisanmu bisa jadi inspirasi buat orang lain. Jangan remehkan kekuatan satu tulisan. Bisa jadi itulah yang mengubah cara orang berpikir.
  5. Inget Pahalanya!
    Kalau nulisnya tentang kebaikan, tentang Islam, tentang motivasi hidup, percayalah: pahala akan ngalir terus. Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa menunjukkan suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim)

Tulisanmu bisa jadi dakwah, bisa jadi amal jariyah yang nggak putus walau kamu udah nggak ada.

Satu tulisan bisa menginspirasi. Satu tulisan bisa mengubah pikiran. Satu tulisan bisa jadi penyelamat buat diri sendiri dan orang lain. Jadi, kenapa harus takut? Kenapa harus nunggu “pintar” baru nulis?

Mulai aja dulu. Nggak peduli seberapa pendek atau sederhananya tulisanmu, itu tetap langkah berharga. Ingat, para tokoh besar nggak langsung hebat. Mereka juga mulai dari satu huruf, satu kalimat, satu halaman. Ayo, pelan-pelan kita belajar bareng: Merangkai Kata, Mengubah Dunia! []

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here